GKKYF Eksplore Geosite Karangsambung, Kenali Keunikan Batuan

Peserta menunjungi salah satu geosite Karangsambung. (Foto: dok. Hari Satria)

KARANGSAMBUNG (KebumenUpdate.com) – Geopark Karangsambung Karangbolong Youth Forum (GKKYF) sebagai wadah pemuda di Kebumen untuk berkontribusi, berkolaborasi, serta bersinergi dalam mengembangkan Geopark Karangsambung Karangbolong baru saja mengadakan kegiatan “Eksplore Geosite Karangsambung”, Senin 27 Desember 2021.

Berkumpul di sekretariat Badan Pengelola Geopark Karangsambung Karangbolong di Jalan Pahlawan/Jalan Soekarno-Hatta Nomor 136 Kebumen yang masih satu kompleks dengan Dinas Porawisata Kebumen, peserta telah datang sejak pukul 07.30 WIB. Setelah briefing singkat oleh panitia dilanjutkan perjalanan menuju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Karangsambung, dulunya bernama LIPI.

Perjalanan menuju BRIN Karangsambung ditempuh selama kurang lebih 30 menit menggunakan kendaraan roda dua. Sesampainya di lokasi, peserta masuk ke aula untuk mendengarkan sambutan dari Indra Riswadinata SH MH selaku Kepala Satker BRIN Karangsambung dan juga penjelasan dari peneliti BRIN Ir Chusni Anshori.

Dilanjutkan dengan sesi foto bersama di Amphitheater Karangsambung. Penjelasan singkat mengenai jenis-jenis batuan yang ada di halaman BRIN Karangsambung juga disampaikan oleh Defry Hastria MSc.

Keunikan Batuan

Menjelang siang rombongan peserta mulai bergerak ke lapangan untuk lebih mengenal dan mengetahui keunikan batuan di masing-masing geosite. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Totogan View dimana dapat dijumpai jejak zona pertemuan lempeng, dengan morfologi aneka batuan dari rentang umur dan lokasi pembentukan awal yang berbeda-beda namun bertemu di kawasan tersebut.

Lokasi kedua yang dikunjungi adalah Sekis Mika Sungai Brengkok di Desa Sadang Kulon yang dianggap sebagai batuan kerak benua yang tersingkap ke permukaan. Batuan malihan berwarna kehijauan hingga kecoklatan ini disusun oleh penjajaran mika yang membentuk struktur perdaunan. Sekis mika juga dianggap sebagai batuan tertua di Pulau Jawa.

Berikutnya adalah watukelir yang berlokasi di Kali Muncar, Desa Seboro yang merupakan lantai samudra. Di tebing sungainya terdapat selang seling antara rijang dan lempung merah gampingan dengan pelapisan tegak.

Selain itu terdapat juga lava bantal, batuan beku yang merupakan lava basalt berstruktur bantal. Mirip dengan lava bantal di Berbah, Kabupaten Sleman. Hanya saja usia lava bantal di sini lebih tua dibandingkan dengan lava bantal di Yogyakarta.

Usai mengunjungi watukelir, peserta melaksanakan sholat dhuhur di masjid Desa Seboro, selanjutnya menuju lokasi akhir yaitu Pentulu Indah untuk sesi ramah tamah dan tanya-jawab serta foto bersama.

“Harapan panitia dengan diadakannya acara ini semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan anggota GKKYF untuk kemudian dapat disampaikan kepada masyarakat luas,” ujar Riza Ristiani selaku Ketua GKKYF.

Update Lainnya