
SAMBIL menyeruput kuah sop panas yang sejak siang tadi menggoda selera, akhirnya kerinduan itu terobati. Semangkuk sop tanpa daging ini menjadi penutup sempurna hari yang penuh petualangan.
Ide-ide mulai menari di benak, siap dirangkai menjadi catatan perjalanan pendakian ke Gunung Prau via Dieng yang baru saja dilakukan.
Jumat 4 April 2025, saya bersama 11 anggota lain; Fitra, Fia, Aina, Andros, Syarif, Burhan, Zaki, Ragil, Devi, Naufal, dan temannya Naufal (saya lupa berkenalan) mendaki Gunung Prau via Dieng.
Di luar dugaan, jumlah anggota yang ikut pendakian ternyata lebih sedikit dari perkiraan awal saya. Beberapa karena mudik ke luar kota; Bandung, Makassar, Depok (ternyata Depokrejo), ketergantungan pada bestie, tidak diizinkan orang tua, atau faktor lainnya.
Pilihan jalur Dieng terasa istimewa karena menjadi pengalaman pertama bagi seluruh anggota tim, berbeda dengan opsi jalur Wates yang cukup sering saya lewati.
Perjalanan kami terbagi dalam tiga gelombang pemberangkatan. Kloter pertama diisi oleh tujuh orang, termasuk saya. Kloter kedua menyusul dengan Devi, Ragil, dan Zaki. Sementara Naufal dan temannya menjadi garda terakhir di kloter ketiga.
Titik kumpul yang disepakati adalah lapangan RSS Jatimulyo Alian, tepat setelah salat Jumat. Rute klasik Alian-Wadaslintang-Wonosobo kembali menjadi andalan.
Suka menulis, membaca dan berpetualang.